Minggu, 19 Desember 2010

SARJANA ROTI AKHIR DARI SKRIPSI

MAS’UD, S.Pd
Kian hari lulusan masing-masing perguruan tingggi kian meningkat, negeri, swasta, bahkan yang tidak jelas statusnya-pun memiliki prodok – produk sarjana yang tidak kalah banyaknya. Hal demikian bukan karena universitas atau perguruan tinggi tersebut membuka hak berpendidikan walau berwajahkan birokrasi ekonomi kapitalis, namun karena kemampuan lebih (materi) dari sosok calon sarjana yang memilih jalur pintas untuk mendapatkan gelar bertopeng. Dengan uang bisa apa saja, Korupsi, Nepotisme menjadi marak dipraktekkan oleh para birokrat. Selain daripada itu, persoalan lain yang lebih fundamenal yang mengikiskan moralitas kaum sarjana adalah “duplikat skripsi”. Lagi – lagi uang. Patokan harga dari pengais keuntungan tidak memudarkan niat untuk mempercepat proses penyusunan skripsi/ beli skripsi. Hanya dengan 1 (satu) sampai dengan 3 (juta) rupiah wajah karya ilmiah ternodai dengan jumlah angka rupiah. Jika pernah anda mendengar lagunya  Iwan Fals “TEMAN KAWANKU”  bahwa potongan syairnya menyatakan; bercerita temanku, tentang kawan temannya, nyatanya skripsi beli oh disana....
Sisi lain wajah pendidikan ini adalah hasil kualifikasi produk perguruan tinggi yang tidak mampu bersaing di dunia kerja dan hanya mengandalkan apa yang dihasilkannya yakni Gelar Sarjana. menyambung dari sya’ir diatas hal ini tergambar; Buat apa susah – susah bikin skripsi sendiri, sebab ijazah bagai lampu kristal yang mewah, ada di ruang tamu hiasan lambang gengsi, tinggal membeli tenang saja-lah. Saat wisuda datang,seakan memancarkan senyum tenang, tanpa beban, tidak pernah mencerminkan dosa yang dipikulnya apalagi meikirkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam gelar sebagai Sarjana. hal ini disebutkan dalam lagu Iwan Fals sebagai SARJANA ROTI.
Bentuk kejahatan telah bertubi – tubi dilakukannya;
1.         dari UU 19 tahun 2002 tentang perubahan atas UU nomor 12 tahun 1997 pasal 44 tentang hak cipta (baca UUD 1945).
2.       karya ilmiah (skripsi) mencerminkan nilai moralitas dan akan dihadapkan pada wajah-wajah sosial. Durkheim menyatakan Masyarakat adalah sumber moralitas.
3.       gengsi seakan merubah wujud menjadi cahaya yang asyik dipandang orang (dosa sosial).
4.       kucuran air mata orang tua melihat keceriaan wajah sarjana roti, saudara, tetangga, saat wisuda menjadi saksi bisu yang ditanggung. Lagi-lagi si- Fulan tenang aja, orang g’ ada yang tau..
5.       mencari nafkah dengan gelar yang tidak jelas, apalagi hasil gelar yang tidak jelas, yang kadang dinikmati oleh orang-orang tidak berdosa.
6.       jika sebagai seorang Guru/ pengajar, wajah – wajah imut yang tidak pernah tau apa-apa, percaya dengan kebohongan yang ditampakkan sarjana roti menyampaikan hasil korupsi yang sudah basi dan tidak pernah terurusi.
Sayang- lah pada diri jika perbandingan amal buruk-mu lebih banyak daripada amal baik-mu. Karena akan engkau emban setiap dosa yang kau taburkan di alam sosial.  Skripsi hanya-lah sebuah janji, proses adalah suatu yang pasti. Maka, mulailah berproses dengan beralaskan akhlakul karimah. 

(kutipan: lagu Iwan Fals “Teman Kawanku”)
Untuk kawan-kawanku di STKIP. H, dan Khususnya di SOSIOLOGI
Ingat.....!!!(Abaikan ego untuk mengungkap keberadaan diri, sejatinya fitri dicekam kelompok sosial. Kepakkan napas terungkap kata bermakna, maka peranmu menjadi terlihat, dirimu akan terbaca oleh hembusan sistematis para sosiolog, Mas’ud: 2010)


2 komentar:

  1. sELAMAT ya bwt kk Mas'ud dh jadi wisudawan terbaik STKIP taun ini.

    BalasHapus
  2. salam kenal dari anak-anak unram.

    mari kita blogging bersama tuk memajukan NTB tercinta.

    oya, ada usul nih.
    coba taruhkan cbox atao shoutmix biar bisa kirim komentarnya lebih gampang.

    btw. blognya keren juga.
    jgn lupa kunjungi balik blog saya ya..

    BalasHapus